KENDARI, KOMPAS.com--Sejumlah naskah kuno yang masih tersimpan di Museum Negeri Slawesi Tenggara perlu mendapat perhatian dan dilestariakn agar tetap aman, terjaga keasliannya dari benda lain yang bisa merusaknya.
"Kalau perlu, naskah-naskah kuno agar tetap terawat dan terjaga, perlu dilakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah yang mengelola dan merawat benda-benda bersejarah di Jakarta," kata Susianti, Staf Direktorat Museum Pusat Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Kendari, Sabtu.
Pameran Temporer menyangkut identitas lokal daerah di Kota Kendari itu dibuka Asisten II Sekwilda Provinsi Sultra, Zuhuri Mahmud mewakili Gubernur Sultra dan didampingi Kadis Kebudayaan dan Parawisata Sultra, H Satar.
Menurut Susianti, dengan kondisi benda-benda bersejarah di museum Kendari yang seakan-akan tidak tersentuh dengan biaya perawatan, maka sebaiknya diserahkan atau melakukan kerjasama dengan pemerintah pusat untuk membiayainya.
Dari ratusan bahkan mencapai ribuan naskah-naskah kuno yang masih tersimpan di Museum Kendari itu yang banyak mengundang perhataian diantaranya, naska Lontara dan Arab Melayu, naskah Al-quraan tulisan tangan, tasbi dari Kerajaan Buton yang terbuat dari kayu temuhan dan puluhan Tempayang kuno dari Vietnam.
Asiseten II Sekwilda Provinsi Sultra, Zuhi Mahmud mengatakan, dengan melalui pameran temporer itu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang identitas daerah lokal yang beragam dan harus dilestarikan.
Disamping itu, dengan kegiatan pameran itu, bisa memberi informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai kekayaan dan keragaman budaya yang ada di Sultra.
Kedis Kebudayaan dan Parawisata Sultra, H Satar mengatakan, maksud dan tujuan dari pada pameran temporer itu adalah sebagai kegiatan sinergi dalam rangka mendukung gerakan nasional cinta museum atau tahun kunjungan museum 2010.
Ia mengatakan, pamarean temporer dangan thema "Mengankat Identitas Lokal" itu akan berlangsung selama tiga hari. Pameran kali ini mengangkat tentang peranan `kalosara` dikalangan masyarakat Suku Tolaki.
"Diangkatnya kalosara dalam pameran budaya ini, bukan berati membeda-bedakan budaya lokal yang ada di Sultra, tetapi akan dilaksnakan pameran temporer secara berkelanjutan ditahun mendatang seperti, kebudayaan Suku Muna, Buton, Moronena dan Mekongga," katanya.
"Kalau perlu, naskah-naskah kuno agar tetap terawat dan terjaga, perlu dilakukan kerja sama dengan lembaga pemerintah yang mengelola dan merawat benda-benda bersejarah di Jakarta," kata Susianti, Staf Direktorat Museum Pusat Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Kendari, Sabtu.
Pameran Temporer menyangkut identitas lokal daerah di Kota Kendari itu dibuka Asisten II Sekwilda Provinsi Sultra, Zuhuri Mahmud mewakili Gubernur Sultra dan didampingi Kadis Kebudayaan dan Parawisata Sultra, H Satar.
Menurut Susianti, dengan kondisi benda-benda bersejarah di museum Kendari yang seakan-akan tidak tersentuh dengan biaya perawatan, maka sebaiknya diserahkan atau melakukan kerjasama dengan pemerintah pusat untuk membiayainya.
Dari ratusan bahkan mencapai ribuan naskah-naskah kuno yang masih tersimpan di Museum Kendari itu yang banyak mengundang perhataian diantaranya, naska Lontara dan Arab Melayu, naskah Al-quraan tulisan tangan, tasbi dari Kerajaan Buton yang terbuat dari kayu temuhan dan puluhan Tempayang kuno dari Vietnam.
Asiseten II Sekwilda Provinsi Sultra, Zuhi Mahmud mengatakan, dengan melalui pameran temporer itu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang identitas daerah lokal yang beragam dan harus dilestarikan.
Disamping itu, dengan kegiatan pameran itu, bisa memberi informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai kekayaan dan keragaman budaya yang ada di Sultra.
Kedis Kebudayaan dan Parawisata Sultra, H Satar mengatakan, maksud dan tujuan dari pada pameran temporer itu adalah sebagai kegiatan sinergi dalam rangka mendukung gerakan nasional cinta museum atau tahun kunjungan museum 2010.
Ia mengatakan, pamarean temporer dangan thema "Mengankat Identitas Lokal" itu akan berlangsung selama tiga hari. Pameran kali ini mengangkat tentang peranan `kalosara` dikalangan masyarakat Suku Tolaki.
"Diangkatnya kalosara dalam pameran budaya ini, bukan berati membeda-bedakan budaya lokal yang ada di Sultra, tetapi akan dilaksnakan pameran temporer secara berkelanjutan ditahun mendatang seperti, kebudayaan Suku Muna, Buton, Moronena dan Mekongga," katanya.
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar