Ilustrasi Naskah La Galigo. Sumber : Internet |
Jakarta - Tiga manuskrip kuno Indonesia diusulkan sebagai Memori Dunia atau Memory of The World. Peninggalan tertulis masa lalu yang telah masuk nominasi UNESCO tahun ini yaitu Babad Dipanagara atau Autobiographical Chronicle of Prince Dipanagara (1785-1855), La Galigo, dan Mak Yong Documentation.
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyampaikan, Indonesia memiliki warisan-warisan baik yang bersifat benda maupun nonbenda. Salah satu tugas UNESCO, kata Mendiknas, adalah mengenali warisan-warisan budaya tersebut.
"Kemdiknas bersama-sama dengan kementerian terkait mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan warisan-warisan budaya kita supaya mendapatkan pengakuan dari lembaga internasional," katanya usai menerima serfitikat Angklung Indonesia sebagai Warisan Budaya Nonbenda dari UNESCO, yang diberikan oleh mantan Duta Besar RI untuk UNESCO Tresna Dermawan Kunaefi di Kemdiknas, Jakarta, Rabu (19/1/2011) sebagaimana tertuang dalam siaran pers Kemendiknas.
Hadir pada acara Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Menristek Suharna Surapranata.
Mendiknas selaku Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO menyampaikan, Babad Dipanagara diusulkan sebagai Memori Dunia bukan sekadar mengisahkan Diponegoro sebagai seorang pangeran atau pejuang, tetapi atas filosofi-filosofi kehidupan dan pemerintahan yang dituangkan dalam naskah tersebut. "Ini salah satu yang ingin kita usulkan," ujarnya.
Adapun manuskrip La Galigo mengisahkan epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis di Sulawesi Selatan, yang ditulis diantara abad ke-13 dan ke-15 dalam bentuk puisi bahasa Bugis kuno. Naskah ini ditulis dalam huruf Lontara kuno Bugis. Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima. Selain menceritakan kisah asal-usul manusia, juga berfungsi sebagai almanak praktis sehari-hari. Manuskrip ini juga tersebar di Leiden (Belanda), London dan Manchester (Inggris), Berlin (Jerman), dan Washington DC (Amerika Serikat).
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyampaikan, Indonesia memiliki warisan-warisan baik yang bersifat benda maupun nonbenda. Salah satu tugas UNESCO, kata Mendiknas, adalah mengenali warisan-warisan budaya tersebut.
"Kemdiknas bersama-sama dengan kementerian terkait mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan warisan-warisan budaya kita supaya mendapatkan pengakuan dari lembaga internasional," katanya usai menerima serfitikat Angklung Indonesia sebagai Warisan Budaya Nonbenda dari UNESCO, yang diberikan oleh mantan Duta Besar RI untuk UNESCO Tresna Dermawan Kunaefi di Kemdiknas, Jakarta, Rabu (19/1/2011) sebagaimana tertuang dalam siaran pers Kemendiknas.
Hadir pada acara Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Menristek Suharna Surapranata.
Mendiknas selaku Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO menyampaikan, Babad Dipanagara diusulkan sebagai Memori Dunia bukan sekadar mengisahkan Diponegoro sebagai seorang pangeran atau pejuang, tetapi atas filosofi-filosofi kehidupan dan pemerintahan yang dituangkan dalam naskah tersebut. "Ini salah satu yang ingin kita usulkan," ujarnya.
Adapun manuskrip La Galigo mengisahkan epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis di Sulawesi Selatan, yang ditulis diantara abad ke-13 dan ke-15 dalam bentuk puisi bahasa Bugis kuno. Naskah ini ditulis dalam huruf Lontara kuno Bugis. Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima. Selain menceritakan kisah asal-usul manusia, juga berfungsi sebagai almanak praktis sehari-hari. Manuskrip ini juga tersebar di Leiden (Belanda), London dan Manchester (Inggris), Berlin (Jerman), dan Washington DC (Amerika Serikat).
Sementara Mak Yong Documentation adalah manuskrip yang ditulis awal abad 20an saat teater Melayu Mak Yong untuk pertama kali datang ke Indonesia. Naskah ini berisi narasi lengkap penampilan teatrikal Mak Yong. Asal muasal Mak Yong adalah dari Melayu yang sekarang dikenal dengan Nara Yala, Thailand Selatan. Mak Yong adalah kombinasi unik tarian, musik, nyanyian, komedi splapstik, dan teater. Slapstik adalah kelucuan-kelucuan yang diciptakan dari gerakan-gerakan yang mengundang tawa. Seperti adegan kepeleset kulit pisang, jatuh dari tangga, terbentur kaca dan hal-hal lain yang berhubungan dengan fisik.
Mantan Duta Besar RI untuk UNESCO Tresna Dermawan Kunaefi menyampaikan, pengakuan UNESCO atas angklung sebagai warisan dunia bukan karena keunikan bentuk alat musik ini, tetapi filosofi dibaliknya. Angklung, kata dia, membentuk karakter manusia yang baik. "Angklung tidak pernah bisa dimainkan secara indah kalau sendiri, tetapi harus bersama," katanya. Dia menambahkan, syarat mendapatkan pengakuan UNESCO adalah upaya pelestarian angklung sebagai bagian dari budaya.
Sumber : detiknews.com
Mantan Duta Besar RI untuk UNESCO Tresna Dermawan Kunaefi menyampaikan, pengakuan UNESCO atas angklung sebagai warisan dunia bukan karena keunikan bentuk alat musik ini, tetapi filosofi dibaliknya. Angklung, kata dia, membentuk karakter manusia yang baik. "Angklung tidak pernah bisa dimainkan secara indah kalau sendiri, tetapi harus bersama," katanya. Dia menambahkan, syarat mendapatkan pengakuan UNESCO adalah upaya pelestarian angklung sebagai bagian dari budaya.
Sumber : detiknews.com
0 komentar:
Posting Komentar